CERITA HOT KUPUASKAN NAFSU BIRAHI SKRETARISKU DI DALAM DAPUR
Gila Seks Terkini - Pagi itu saat memasuki kantor aku melewatinya di pintu masuk, seperti biasa kami saling tersenyum dan mengucapkan selamat pagi. Ah lucu kita juga yang sudah tahu beberapa tahun masih melaqukan kebiasaan seperti itu, tapi untuk hitungan waktu selama tiga tahun kita harus lebih akrab dari itu, tapi bagaimana lagi karena orang Silvi yang begitu begitu aqupun terbawa, aku sendiri bertanya-tanya apakah Sifatnya hanya untuk menjaga jarak dengan orang-orang di lingkungan kerja atau memang dia memiliki sifat seperti itu sejak lahir.
Mungkin saat itu adalah momen yang beruntung, tepat di pintu masuk apapun penyebabnya tiba-tiba Silvi suka jatuh dan refleks saya meraih tubuhnya dengan maksud menahannya sehingga ia tidak benar-benar jatuh, tapi secara tidak sengaja tanganku menyentuh sesuatu di dada.
Setelah berdiri dengan sempurna, Silvi menatapku dengan senyuman, ya ampun itu sesuatu yang spesial karena sifat yang ku tahu sejauh ini.
"Terima kasih pak nendi, hampir jatuh."
"Oh, jangan muntah, maaf saja tanpa sengaja."
"Tidak apa-apa."
Begitulah dialog yang terjadi pagi itu. Meski gag ingin terus memikirkan kejadian tersebut tapi aqu masih merasa tidak nyaman karena telah menyentuh sesuatu di tubuhnya meski gag sengaja, saat saya melihat mejanya melalui pintu kaca kamarku dia juga nampaknya berpikir dengan kejadian tersebut, untungnya waktu untuk bekerja masih empat puluh lima menit lagi jadi tidak ada orang, kalau pada saat itu sudah banyak orang mungkin selain kaget juga akan merasa malu.
Aqu lagi melaqukan rutinitas sehari-hari yang menggeluti angka-angka yang tak memiliki akhir gag. Sudah kebiasaan saya setiap tiga puluh menit untuk melihat gambar panorama yang menempel di pintu kamar saya untuk menghindari kelelahan di mata saya, tapi ada sesuatu yang lain di seberang pintu dari kamarku hari itu, untuk melihat Silvi melihat ke arah yang sama. pandangan kami bertemu
Sekali lagi, dia tersenyum padaku, aku bahkan jadi bertanya-tanya apa sih dengan wanita, aku lebih keren atau memang dia yang lain hari ini, ah mungkin hanya omonganku yang hanya ngelantur.
Istirahat makan siang seperti biasa semua orang berkumpul di EDR untuk makan siang, dan kebetulan lagi saat nyari duduk di kursi kosong disamping Silvi, akhirnya aku duduk di sana dan makan makanan yang kuambil.
Setelah selesai makan, kebiasaan kita ngin ngid ngid ngidul sambil menunggu keluarnya, karena aku duduk di sebelahnya jadi aku ngobrol dengannya, padahal sebelum aku malas ngobrol dengannya.
"Bagaimana suaminya?" Aqu memulai pembicaraan
"Baik pak."
"Lalu bagaimana cara kerjanya? Masih di tempat lama?"
"Sekarang belajar di AS, baru berangkat sebulan yang lalu."
"Oh, well, Anda hanya tahu saya."
"Mau lebih pintar, Sir."
"Ya itu bagus, itu akan untuk masa depan."
"Ya pak."
Setelah istirahat istirahat semua kembali ke kamar masing-masing untuk melanjutkan pekerjaan yang telah berhenti. Aqupun lagi hanyut dengan pekerjaan saya.
Setengah tujuh sumur aku berniat untuk membersihkannya karena lelah juga bekerja terus, tanpa sengaja nengok ke arah pintu kamarku adalah Silvi yang masih duduk di mejanya. Setelah semua selesai aqupun keluar ruangan dan berniat pulang, aku melalui mejanya dan diam-diam aku nyapa dia.
"Kenapa besok gini masih belum kembali?"
"Ya pak, ini hanya ingin pulang, hanya beres, banyak kerja hari ini"
Aqu merasa gayanya yang lain saat ini, tidak seperti hari-hari sebelumnya ketika pidato selalu terdengar resmi, yang menyebabkan perasaan asing.
"Ya sudah kalau kita semua bersama," tawarkan saya.
"Jangan berkemas, biarkan aku pulang sendiri."
"Gag apa, mari kita pergi bersama, sudah terlambat."
"Kalau begitu, Pak."
Saat berjalan kembali ke tempat parkir, saya menawarkan sebuah layanan yang walaupun sebenarnya niatnya hanya sebuah iseng.
"Bagaimana dengan Silvi dengan aqu, kita berada dalam arah yang sama."
"Gag, pak, izinkan saya menggunakan angkutan umum atau taksi saja."
"Kenapa, jangan begitu, ini sudah malem, muntah kedua wanita berjalan malem malem sendiri."
"Kalau begitu, Sir."
Sepanjang jalan kita tidak banyak bicara sampai akhirnya aku melihat dia agak lain, dia tampak murung, kenapa wanita ini.
"Mengapa terlihat begitu suram, kenapa?" Tanyaqu penasaran.
"Gag apa pak."
"Gag apa kok ngelamun kok, perlu teman ngobrol?" Tanyaqu memancing
"Ah, tuan, malu."
"Kalau sih sih sih sih sih, ngomong apa, ngobrol aja au dengerin, kalau mungkin dan perlu aku bantu."
"Sulit untuk mulai berkemas, karena itu terlalu personal."
"Oh ya, ya kalau gag mau muntah ya, saya muntah akan paksa."
"Tapi sebenarnya butuh seseorang untuk mengobrol tentang masalah ini."
"Ya sudah kalau begitu obrolin aja saya rahasia, dijamin banget."
"Ini tentang suami au pak."
"Ada apa dengan suaminya?"
"Sayang sekali meneruskannya."
"Gag malu, aku sudah aku bilang dijamin kerahasiaan kalau Silvi ngobrol dengan aku."
"Anu, saya sering membaca buku tentang hubungan suami istri."
"Lalu mengapa?"
"Aqu membaca, akhir dari hubungan baik antara suami dan istri adalah orgasme yang dialami keduanya."
"Lalu di mana masalahnya?"
"Mengenai orgasme, sampai saat ini saya hanya membacanya saja tanpa pernah merasakannya."
Aqu at all gag tidak pernah curiga jika percakapan akan mengarah ke sana, di hati aku membatin, masa menikah satu setengah tahun belum pernah mengalami orgasme? Niat saya untuk amal muncul :-)
"Apa Anda benar-benar belum pernah orgasme seperti yang Anda katakan?"
"Ya pak, kebetulan ngobrol dengan masalah ini, jadi paling tidak Anda bisa memberi masukan karena mungkin ini masalah pria."
"Ya, bagaimana ya, sekarang suami Silvi lagi muntah, seharusnya saat suami Silvi bersama-sama menemui ahli untuk berkonsultasi dengan masalah"
"Tidak pernah punya beberapa kali saya, tapi menolak dan akhirnya jika saya terjerat masalah ini hanya menimbulkan pertengkaran di antara kita."
Tanpa jam itu jam delapan malam, dan tak disangka kita sudah sampai di depan rumah Silvi, Aqu berniat menuntunnya ke pintu depan rumahnya.
"Jangan berkemas, ayo kita ke sini."
"Gag apa, taqut jangan biarkan aku sampai ke pintu depan."
Ground, kakiku menginjak sesuatu yang lembut di tanah dan hampir tergelincir karena penerangan di depan rumahnya agak kurang. Setibanya di teras rumahnya, saya melihat kaki saya, terhat yang saya diberitahu adalah sesuatu yang tidak enak untuk disebutkan, sejauh sepatu kiri saya hampir setengah terpukul.
"Oh, Tuan, bagaimana dong adalah kakinya?"
"Gag apa, nanti aku cuci kalau sudah nyampe pulang."
"Dicuci disini aja pak, lalu bagus kokain cuman menciumnya."
"Yeah, well, jadi pergilah ke toilet."
Setelah membersihkan kaki-kaki betina dipersilakan duduk di ruang tamu, ternyata ternyata sedang menunggu segelas kopi hangat. Sambil menunggu kaki saya mengering, kami berbicara lagi.
"Oh iya vi, tentang apa yang kamu katakan di jalan, bagaimana kamu menanganinya?"
"Aqu Anda bingung Mr bagaimana melakukannya."
Mendengar jawaban seperti itu di otak saya muncul pikiran kotor seorang pria.
"Bagaimana kalau besok aku-suka apa yang kauinginkan?"
"Apa yang ingin Anda pak?"
"Nah, begitulah yang Anda katakan tidak pernah Anda lakukan."
"Ah, Anda bisa melakukannya."
"Bener kok, aku mau memberikannya padamu."
Dulu dia pernah mendengar kata-kataku tadi, melihat dia yang sedang bermimpi aku berpikir kenapa juga besoknya-kenapa kenapa muntah sekarang aja saat ada kesempatan.
Aku meraihnya dan memegang tangannya, menyentakkannya dari lamunannya saat dia menatapku dengan bingung. Aku menempelkan wajahku ke wajah dan pipi kakek di sebelah kanannya, dia diam tidak responsif. Cerita panas
Aku mencium bibirnya, dia menarik napas dalam-dalam apa pun yang ada dalam pikirannya dan tetap diam, aku terus mencium hidungnya dan dia memejamkan mata.
Rupanya napsu telah menggerogoti kepalanya, aku meniup bibirnya yang tipis dan ternyata dia membalas lumatanku, bibir kami saling terjalin dan aku melihatnya begitu meresap dan menikmati pemandangan.
Kitarik tangannya untuk duduk di sampingku di sofa lebih lama, dia hanya ikut sambil menatapku. Sekali lagi aku memukul bibirnya, sekali lagi, dia menjawab dengan penuh semangat.
Dengan posisi duduk seperti itu tangan saya bisa mulai bekerja dan gerilya. Kuraba bagian dadanya, ia malah bergerak seakan menyodorkan dadanya ke kukerjain.
Aku meremas dadanya dari bagian luar kemejanya, tangan kirinya membuka kancing kemeja atasnya lalu membimbing tangan kananku untuk memasukkan bra-nya. Oh ya ampun, Anda punya lelucon.
Aku melepaskan tangan dan bibirku dari tubuhnya, aku bergeser posisi bersandar pada pegangan sofa tempat aku duduk dan membuka komposku lebar.
Aku menariknya untuk duduk di belakangku, dari belakang aku membuka kemeja dan bra waktu itu terjebak gaguan, kuciumi bagian belakang leher Silvi dan tangan kanan ku memegangi gunung di dadanya masing-masing, dia bersandar ke tubuhku seperti lemas melakukannya. Tidak ada energi untuk menopang tubuhnya sendiri dan mulai meremas payudaranya saat aku terus kucuki tengkuk.
Setelah sekian lama meremas payudaranya, tangan kiriku mulai bergerak turun ke perut dan berhenti di tengah selangkangannya, dia menurunkan saat aku mencari bagian itu.
Rok Kusingkap dan tanganku langsung masuk ke celana dalamnya, aku menemukan sesuatu yang hangat di sana, sudah basah rupanya. Aku menekan klitorisnya dengan jari tengah tangan kiriku.
"Ohh .. ehh .."
Aqu tumbuh lebih bergairah dan mengerang jari saya ke kemaluannya, suaranya semakin menjadi. Aku meletakkan jariku di sana, tubuhnya semakin melenting seperti batang plastik yang panas, terus kucekek-kucek semakin cepat tubuh bergetar untuk menerima perlaquanku. Butuh waktu dua puluh menit bagi saya untuk menyelesaikannya dan akhirnya suara itu keluar dari mulutnya.
"Sudah terbiasa berkemas, au gag menolak mau buang air kecil."
"Jangan ditangkap, ayo pergi."
"Ouch pak, gag tahan, Silvi ingin kencing .. ohh .. ahh."
Bayangan semakin hidup dan akhirnya.
"Ahh .. uhh."
Badanya menegang beberapa saat sebelum akhirnya lemas lemas kedadaqu.
"Bagaimana rasanya?"
"Baik pak."
Aku melihat air mata di matanya.
"Kenapa kamu menangis vi?"
Dia tidak menjawab.
"Anda sudah melakukan ini?" Tanyaqu.
"Bukan pak."
"Begitu?"
"Bahagia, akhirnya saya mendapatkan apa yang saya idam-idamkan selama ini yang seharusnya berasal dari suami saya."
"Oh begitu."
Kami terdiam beberapa saat sampai aku lupa bahwa jari tengah tangan kiriku masih bersarang di kemaluannya dan aku perlahan menariknya keluar, dia meregang saat aku menarik jariku, dan airnya masih termenung dengan kata-kata terakhir. keluar dari mulutnya, benar rasakan orgasme
"Mau ke kamar mandi Pak?"
Tiba-tiba suaranya membuatku terbangun dari lamunanku ..
"Oh ya, di mana kamar mandi?"
"Di sini Pak," katanya sambil menunjukkan jalan ke kamar mandi.
Dia kembali ke ruang tamu sementara dia mencuci tangan seorang pria yang telah melakukan tugas sebagai pria melawan wanita. Pemikiran tanpa henti, mengapa orang menikah begitu lama tapi wanita baru itu mengalami orgasme sekali dan bahkan saat itu bukan oleh suaminya.
Selesai dari kamar mandi saya kembali ke ruang tamu dan saya menemukannya menonton pertunjukan di televisi, tapi saya lihat
Dari wajahnya seolah pikirannya mengembara, apa pun yang ada dalam pikirannya pada saat itu.
"Vi, sudah malam ini, saya pulang dulu .."
Dia membanting dan menatapku.
"Emm, tuan, malam ini malam ini akan membuat Silvi?"
Terkejut juga saya menerima pertanyaan seperti itu karena tidak keberatan menginap di rumah malam ini, tapi saya tidak ingin mengecewakan dia yang bertanya dengan wajah curiga.
"Waktunya masih banyak, besok kita ketemu lagi di kantor, dan kadang kita masih bisa bertemu di luar kantor."
Dia berdiri dan mendekati saya.
"Terima kasih Pak Sir, Silvi sangat senang malam ini, semoga anda tidak bosan menemaniku."
"Kami sudah lama tahu, saya selalu bersedia membantu Anda."
"Sekali lagi terima kasih, jika Anda ingin pulang sekarang dan tolong sampaikan salam saya kepada Anda."
Akhirnya aku kembali ke rumah dengan pertanyaan di dalam pikiranku, kenapa dia bisa begitu, kasihanilah dia.
Seperti biasa besok saya masuk kantor pagi-pagi karena selalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, saya rasa tidak ada orang karena biasanya yang tidak punya waktu datang aquil adalah office boy, tapi ternyata pagi itu saya menyambut dengan Senyum Silvi yang sedang duduk di mejanya.
Tidak seperti biasanya, di hari-hari sebelumnya saya selalu melihat Silvi dalam penampilan lain dari pagi ini, kini ia terlihat bercahaya dan terkesan bersahabat dan intim.
"Pagi vi."
"Selamat pagi Pak."
"Bagaimana, tidur nyenyak tadi malam?"
"Ah ayah, bisa aja, tadi malam aku tidur nyenyak sekali."
"Ya, saya hidup, ya, kerja bagus."
"Ya pak."
Aku pergi ke ruang kerja yang tidak jauh dari mejanya, dari kamar belakang aku menatapnya, dia masih menatapku sambil tersenyum.
Tidak seperti biasanya, saya merasa hari ini bekerja adalah hal yang membosankan, rasanya seperti menghadapi pekerjaan yang dari hari ke hari selalu ada sesuatu untuk diulang, akhirnya saya menulis cerita ini.
HP di saqu celanaqu terdengar, ada SMS masuk, saya buka SMS yang ternyata berasal dari wanita di seberang kamarku yang sudah menatapku sampai pagi masuk ke ruangan ini .. iya dia, silvi.
"Pak, tidak akan ada acara mlm? Jika Anda tidak bisa memanggil saya janji tadi malam?"
Itulah isi SMS yang saya terima, saya anggap agresif juga nih wanita pada akhirnya. Aku mengangkat gagang telepon di atas meja dan menekan nomor ekstensinnya.
"Kenapa begitu vi, mau diajak kemana?"
"Eh ayah, yang kirain, enggag, Silvi sudah nyediain makan malam di rumah, bisakah kamu makan malam bersama Silvi malam ini?"
"Nah, kalau saya pulang ke rumah maka saya akan menunggu di tempat parkir."
"Ya tuan, ma cinta."
Sore hari saya terkejut bahwa ketika saya meninggalkan rumah selama sepuluh menit, saya bergegas ke kamar saya dan berlari ke tempat parkir. Di sana Silvi menungguku, tapi dia tersenyum saat melihatku datang, kupikir dia akan kecewa, tapi syukur dia sepertinya tidak kecewa.
"Maaf ya nunggu ya vi, harus bersih dulu dulu."
"Gag apa pak, Silvi juga hanya ada yang harus dilakukan dulu dengan neni."
"Yo." Kataqu saat membuka pintu untuknya, dan dia masuk ke mobil dan duduk di sampingku.
Dalam perjalanan kami mengobrol mondar-mandir, dan tak lama kemudian kami memasuki kompleks perumahan tempat Silvi tinggal dan kami turun ke rumahnya. Ia membuka pintu depan rumahnya dengan susah payah, ternyata ada masalah dengan kunci pintu.
Aqu tidak berusaha membantunya, karena dari belakang saya perhatikan saat ini bahwa bagian belakang Silvi sangat menarik, lingkarannya tidak terlalu besar, tapi saya yakin pria ingin melihatnya berjongkok setengah seperti itu.
Akhirnya pintu terbuka juga dan dia membiarkan kami masuk, dan kami masuk ke dalam. Setelah membiarkan saya duduk, dia pergi ke kamarnya, setelah itu dia kembali lagi dengan pakaian yang telah diganti, dia tidak langsung mendekati saya tapi terus melangkah ke dapur dan kembali dengan segelas air dan secangkir kopi, Lalu ia menyerahkan kopinya ke ku.
"Bagus kok gini ya gini kopi, kok kok muntah minum kopi juga vi?"
"Saya muntah pernah minum kopi pak, muntah bisa jadi mas yang sama."
"Oh begitu."
"Mobil masuk bengkel aja ya, biarkan Silvi yang mindahin."
"Baiklah, saya ingin ke kamar mandi dulu, tubuh terasa enak kalau masih berkeringat."
"Handuknya ada di kamar mandi pak."
Ia berdiri sambil menerima kunci mobil yang saya berikan saat saya ngeloyor ke kamar mandi untuk terus membersihkan tubuh yang rasanya agak gag enak setelah hanya traveling di hadapi kondisi jalan yang cukup macet tidak seperti biasanya.
Dari kamar mandi saya menemukan Silvi terlihat sedikit bingung, saya bertanya kepadanya,
"Kenapa vi, kenapa jadi bingung .."
"Pak Anu, baru seruan dari restoran saya pesainya untuk makan malam, katanya muntah bisa nganter makanan yang dipesan karena kendaraannya muntah di sana."
"Ya, itu lelucon, kita bisa membuat makanan sendiri, apa yang bisa kita masak?"
"Adu pa, Silvi sangat malu."
"Udah gag apapun, sebisa mungkin kita bisa memasak bersama."
Kataqu sambil tersenyum, Silvi melangkah ke dapur dan saya ikuti, sampai dia didapur dia membuka kulkas yang hanya ada sedikit makanan yang siap untuk dimasak di sana. Akhirnya kita memasak masakan mabuk sambil ngomong-ngomong.
Tanpa disadari saya memperhatikan postur tubuh Silvi yang terlihat berbeda dengan pakaian yang dikenakan saat ini, pakaian sedikit ketat karena lekuk tubuhnya terlihat jelas, benar-benar bentuk tubuh yang sempurna bagi wanita seusianya.
Tanpa disadari aku menghampirinya dan dari balik pelukanku dia melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, dia menoleh ke arahku dan tersenyum, aku menempelkan bibirku ke bibirnya dan dia menyapanya, awalnya hanya ciuman biasa sampai akhirnya kami bersyafaat disini, ya di dapurnya
Terus melanjutkan perjuangan bibir, kuraba dadanya dan kuremas dari luar kemejanya. Tangan Silvi bergerak membuka kancing bagian depan kemeja dan kemudian mengungkapkan bra yang dia gunakan, jadi tangan kiriku lebih bebas meremasnya.
Beberapa saat kemudian aku melepaskan bibirku dan mengarahkannya ke payudaranya yang terlihat sangat indah dengan puting susu kemerahan, kujilat puting susu kananku dan dia menarik napas panjang untuk menerima perlaquan, akhirnya kukulum puting susu dan kuhis terasa dalam sementara ku Tangan kanan masih meremas dada kirinya.
Tangan kiriku bergerak ke pantatnya, dan meremas pantatnya yang kenyal. Aku memasukkan tangan ke rok yang dia kenakan dan di sana aku menemukan sesuatu yang hangat dan sedikit basah dan aku meraba-raba bagian itu terus-menerus.
Rupanya dia tidak tahan menerima sikap saya, tangannya bergerak ritsleting terbuka dan melorotkannya ke bawah. Aqu menghentikan aktivitas bibir saya di payudaranya dan kemudian celana dalam celana dalamnya dan menemukan bulu yang indah yang tidak terlalu banyak ada yang saya temukan sedikit dan mengarahkan bibir saya ke sana dan kujilat bagian kecil yang menonjol di sana.
Suara mooing dari bibirnya tidak lagi harus dibayar, akan memperpanjang ceritanya jika saya menulis di sini.
"Oh, tuan, saya tidak pernah merasakan ini, oh .."
Aqu melanjutkan aktivitas lidah saya di selangkangannya sambil terus memasukkan lidah ini ke dalam gua lembab yang berbau khas wanita.
Mengerang terus tumbuh dari mulutnya sampai akhirnya aku merasa tubuhnya berkedut dan terguncang dengan teriakan yang tak tertahankan dari mulutnya, dia telah mencapai puncak kenikmatan lelaqu seperti aku ini, dan akhirnya aku menghentikan aktivitas dan berdiri menghadap Dia, dan kurasa dia mencium bibirku.
"Pak, kami pergi ke kamar kami."
Dia membimbing saya ke kamarnya, ruangan tampak rapi, lalu kami duduk di tepi tempat tidur dan saling membelakangi sana. Dia berdiri di depanku sambil bertanya.
"Bisakah saya mengambil pakaian ayahmu?"
Aqu hanya tersenyum pada pertanyaan itu, lalu dia membuka semua pakaian yang kusuka ke celana dalamku. Dia memegang pistol yang dia temukan di balik celana dalam yang baru dibuka, lalu dia menciumnya dan menjilatinya, sangat lezat.
"Saya selalu ingin melakukan ini, tapi lelucon suami saya tidak pernah ingin diperlakukan seperti ini."
Dia mengatakan bahwa saat dia kembali untuk terus menjilati senjataku, dia tiba-tiba terus dengan mengisap dan mengisap pangkal paha saya, dan rasanya lebih enak daripada yang pernah saya rasakan. Akhirnya ia berhenti berlaqu seperti itu dan berkata.
"Pak, ayo tidurkan Silvi."
Tanpa menunggu permintaan berulang kali mengaitkan tubuhnya di atas tempat tidur, ciumi di seluruh tubuhnya membalas dengan gerakan tubuh yang halus, akhirnya setelah sekian lama saya mencoba memasukkan selangkangan saya ke dalam lubang yang sudah basah tarik dari masa lalu, dan "Ahh .." dari mulut Silvi, enak sekali masuk ke tubuh telanjang ini, dan yang lainnya, lubang kokanya masih terasa cukup sempit dan menggigit, terpikir olehku sebagai pertanyaan, sama seperti apa yang dimiliki suaminya untuk ini. Lubangnya masih terasa sempit seperti ini.
Aku melihat jam di dinding kamar tidurnya menunjukkan bahwa aku telah memasukkan pangkal pahaku ke dalam dirinya selama dua puluh menit dan akhirnya aku merasakan tubuhnya berkedut saat dia mengeluarkan suara aneh dari mulutnya, akhirnya dia menggelepar saat dia memelukku erat seolah-olah aku Tidak mau keluar dari tubuhnya, karena pelukannya terhenti dari aktivitas saya.
Beberapa saat kemudian Silvi melepaskan pelukan dan pincangnya, tapi melihat senyum puas di wajahnya dan itu membuatnya merasa puas karena malam ini dia telah dua kali mendapat apa yang tidak pernah dia dapatkan dari suaminya.
"Bagaimana vi?"
"Aduh, Silvi pincang tapi itu enak .."
"Silvi ingin mencoba gaya lain?"
"Emm .."
Aku membangunkannya dan mendorongnya ke punggungnya, aku mendorong bahunya dengan lembut sampai dia memegangi wajahku, aku memasukkan penisku ke dalam lubangnya dan dia berteriak teriakan kecil.
"Aduh .. pak sangat bagus, dorong pak, Silvi belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini .."
Aqu mengeluarkan kemalu ini ke tubuhnya dengan irama yang semakin lama saya akselerasi, lama juga saya melaqukan sampai akhirnya dia berkata "Sir Silvi ingin kencing lagi ..", semakin cepat saya mempercepat gerakan saya karena saya merasa ada sesuatu mendorong untuk keluar dari tubuhku
Dalam keadaan lemas dan masih menungging Silvi mendapat gerakan bolak-balik dari saya, mungkin dia tahu bahwa saya akan segera mencapai klimaksnya, dan akhirnya menyemprotkan cairan dari selangkangan saya ke seluruh tubuh.
Beberapa saat kemudian aku merasakan tubuhku lemas seperti tidak bertulang dan aku menarik pistol dari lubang Silvi.
Aqu berbaring di sampingnya setelah melepaskan bantuannya, dia tersenyum puas saat menatapku dan memelukku, lalu kami tertidur dengan perasaan masing-masing.
Saat tidur aku memimpikan kegiatan yang kita hanya laqukan dan waktu hampir bangun pagi aku menemukan Silvi masih tutup dengan wajah damai sambil tetap memelukku, aku melepaskan pelukannya dan dia terbangun, lalu kita melanjutkan aktivitas tadi malam dipotong oleh tidur. sampai akhirnya kami berdua terbangun dan menuju kamar mandi di negara telanjang mereka sendiri tanpa sehelai benang menutupi tubuh kami.
Di kamar mandi kami melaqukannya lagi, dan lagi katanya kata-kata yang tidak bisa berakhir dengan aquiline mengerti "Silvi belum pernah melaqukan seperti ini sebelumnya ..".
Akhirnya kami berangkat kerja dari rumah Silvi, dengan sengaja masih pagi sehingga tidak ada orang di kantor yang melihat kami datang bersama untuk menghindari sesuatu yang sama-sama tidak kami inginkan.
Sampai saya menulis cerita ini, masih bergema kata-katanya yang sering mengucapkan kata-kata "Silvi belum pernah melaqukan seperti ini sebelumnya .." Setiap kali saya terhubung dengannya dengan gaya lain.
Baca Juga: Cerita Seks Menikmati Keponakan Super Milikku di Hotel Pantai
Berawal dari mana kita sering melaqukan hubungan suami istri, dan selalu kita laqukan atas permintaannya, saya sendiri tidak pernah memintanya karena saya tidak ingin dia memiliki pikiran seolah-olah saya mengploitirnya. Dan sekarang Silvi yang saya tahu jauh berbeda dengan Silvi yang lama, dia menjadi ramah dan selalu tersenyum kepada semua orang di lingkungannya. JANGAN LUPA SHARE YA!!! Domino QQ Agen Domino QQ Bandar Domino Online
0 komentar:
Posting Komentar