CERITA HOT GAIRAH CEWEK JANDA YANG BERUSIA 35 TAHUN
Gila Seks Terkini - Bila nafsu tentu gairah tidak bisa dibendung, apalagi janda kesepian sepi susah dibendung karena tidak ada tempat untuk melampiaskan nafsu. Cerita dewasa saya kali ini tentang saya dan janda yang sudah lama tidak pernah mendapat sentuhan atau belaian alias jablay janda. jarang di belai bernama mbak atik.
Mbak Atik adalah tetangga sebelah saya. Suaminya adalah supir bus yang umurnya terpaut jauh dengan dia. Suaminya meninggal mendadak, mungkin karena serangan jantung karena kebiasaannya minum minuman keras.
Sebulan setelah janda kami beberapa orang duduk di depan rumah seorang teman yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Mbak Atik saat bermain gitar. Saat kami asyik bermain gitar Mbak Atik tampak gelisah dan keluar dari rumahnya. Dua anaknya yang masih kecil mungkin sudah tidur. Terkadang ia duduk di bangku di pojok rumahnya di seberang tempat kita nongkrong. Matanya mengembara, mungkin setelah sebulan menjadi janda ia mulai merasakan kesepian tidur sendiri.
Dia tidak terlalu tua, sekitar tiga puluh lima tahun. Umur dalam kekacauan, kata judul film tahun 80an. Usia lebih matang-maturenya dengan gairah yang bergejolak. Bagian punggungnya yang melengkung, udang berbulu mengatakan, memprovokasi fantasi seksual yang luar biasa.
Mbak Atik berbaring di bangku. Kakinya diangkat di bangku. Kami saling memandang dan menyikut sambil tersenyum.
"Tuh sudah diberi kode, siapa yang berani pergi ke depan?" Salah satu pria itu mengetuk pelan.
"Dia ingin menunjukkan tubuhnya masih oke," yang lainnya menimpali.
Alhasil gitar bermain sangat berantakan. Tak lama Mbak Atik kembali ke rumahnya. Akhirnya kami juga kembali ke rumah mereka. Karena kencing yang sekarat, saya menoleh ke sumur di belakang rumah Mbak Atik. Saya baru saja membuka celana ritsluiting saya mendengar pintu belakang rumahnya terbuka. Saya buru-buru menaikkan ritslu saya lagi.
"Eh Mbak Atik .. belum tidur? Maaf untuk mengendarai Mbak, saya belum bisa tahan," kataku blushingly.
"Kalau mau buang air kecil ke kamar mandi, pasti ada orang," katanya.
"Ya Mbak, maaf ya mbak!"
Aku masuk ke kamar mandi, sementara Mbak Atik berdiri di dekat sumur. Ternyata dia juga ingin buang air kecil.
Sesaat kemudian aku keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega. Mbak Atik meraih lenganku dan berkata, "Untuk .. tolong tunggu aku sebentar, aku juga ingin kencing. Aku tidak tahu kenapa malam ini aku merasa sedikit takut"
Entah saya dipaksa atau saya senang mengikuti permintaannya. Namun tidak memberatkan. Ada desisan air dan beberapa percikan diikuti. Saya sudah mulai dengan analisis situasi. Sekarang ini mungkin temanku yang rumahnya di sebelahnya belum tidur dan menungguku di depan. Saya pikir situasinya belum memungkinkan untuk bertindak, tapi saya menunggu sampai Mbak Atik keluar dari kamar mandi untuk mengetahui sinyal atau tanda awal gerak tubuh dan sikapnya.
Mbak Atik keluar dari kamar mandi. Aku perhatikan sebentar, ternyata tubuhnya masih oke. Tinggi badannya hampir sama dengan saya dengan bahu lebar dan berotot untuk wanita. Rambutnya meringkuk sampai ke dasar bahunya. Didukung lagi dengan peti yang cukup besar, mungkin 36.
"Terima kasih, sudah menungguku," katanya sambil mendorongku agar bisa lewat.
Saya menyadari bahwa tempat saya berdiri berada di dekat tembok penghalang yang sempit, sehingga dua orang tidak bisa saling menyambung. Dengan gerakan seolah-olah sengaja dada sengaja menggosok lengan saya. Aku merasakan tekanan lembut di lenganku. Sepertinya dia tidak memakai bra.
"Ya Mbak, semoga Mari Mbak aku mau pulang," kataku saat aku pergi. Satu tanda yang saya punya, tapi saya harus bersabar. Bukan untuk malam ini, aku bergumam sendiri.
Mbak Atik memasuki rumahnya melalui pintu belakang. Tapi aku melihat pintunya tidak tertutup rapat dan ada bayangan di balik pintu. Rupanya dia mengintip ke arahku dan menunggu reaksiku. Saya melihat ke pintu sambil tersenyum dan seolah-olah saya sedang memperbaiki posisi burung miring saya.
Beberapa hari kemudian saya lewat di depan rumahnya tiba-tiba saya dipanggil.
"Untuk .. Anto, saya ingin bertanya sebentar Rekaman saya kedengaran tiba-tiba patah Bisakah anda hanya meminta sebentar?" Katanya.
Dia mengenakan katun biru dengan kerah kuning tanpa lengan. Saya berpikir sejenak. Sebenarnya saya tidak memiliki latar belakang bidang keahlian elektronika, hanya sedikit yang tahu. Kupikir tak ada salahnya mencoba membantunya memperbaiki rekamannya. Kalaupun dia tidak yakin dia bisa mentolerir karena bukan tawaran saya.
Saya masuk ke rumahnya, terlihat sepi karena anaknya masih bersekolah. Setelah janda Mbak Atik mencoba membuka usaha salon kecantikan di rumahnya. Tampaknya bisnisnya sukses dan mulai mendapatkan pelanggan tetap.
"Di mana rekaman Mbak, coba saya lihat dulu?" Saya bertanya.
"Di dalam ruangan, masuk saja ke ruangan, tidak apa-apa," jawabnya.
Saya masuk ke ruangan dan saya mengambil kaset dan beberapa kaset untuk mencoba dan mengeluarkannya. Setelah saya pasang, saya mencoba menyalakannya. Ternyata suaranya tidak sempurna. Kepala anal saya baut kotor atau longgar.
"Minta alkohol dan kapas Mbak! Kalau ada obeng kecil semua"
Saya yakin dia tidak memiliki pembersih kepala, jadi izinkan saya mencoba membersihkan alkohol. Sesaat kemudian dia kembali dengan kapas, botol plastik kecil dan obeng kecil.
"Alkohol tidak ada tapi ayahnya biasa membersihkan kasetnya biasanya memakai ini," sambil menyerahkan barang bawaannya.
Saya mengambilnya dan saya melihat itu salah. Dia masih menyimpan kepala bersih. Aku membersihkan kepala pita dan roda, lalu mencoba menyalakannya lagi. Tidak buruk, sekarang suaranya sudah mulai jelas, tapi bass dan treblenya tidak pas. Aku mengambil obeng kecil dan mulai mengatur baut kepala. Benar, suara keran kembali normal.
"Mbak Beres, sekarang hanya gaji hidup," kataku sambil tersenyum.
"Berapa banyak?" Dia membalas.
"Tidak benar-benar Mbak, hanya bercanda Bukan kerja keras atau tenaga kerja"
"Jangan, keahlian seseorang harus dihargai, apapun bentuk penghargaannya"
Aku ingat lama tidak ada creambath. Sementara di sini semua creambath. Aku tidak ingin creambath gratis untuk pertolonganku sebelumnya, tapi sudah saatnya aku creambath.
"Aku ingin creambath, bisakah kau sekarang Ma'am?" Saya bertanya.
"Bisa duduk di kursi di sana, saya hanya menyiapkan peralatannya sebentar"
Aku duduk di kursi putar di depan meja rias. Cukup lengkap juga peralatannya. Mbak Atik datang dengan seember air dan ember. Maklum dia belum memasang shower untuk mencucinya.
"Pindah ke sini Shampoo pertama bersih"
Saya juga hanya dipatuhi dan duduk setengah berbaring telentang di bak mandi. Mbak Atik lalu menuangkan sampo itu dan menyekanya dengan lembut di kepalaku.
Karena posisi setengah terbelakang saya, saya bisa melihat wajah dan dadanya di atas kepala saya. Dadanya kemudian diangkat di atas wajahku hanya sekitar 20 cm. Saya mulai pusing dengan kondisi ini.
"Kembalilah ke kursi itu!" Perintahnya
Kami kembali ke depan meja rias. Mbak Atik langsung memijat kepalaku dengan krim. Satu jam kemudian dia menyelesaikan pekerjaannya. Sekarang rambut saya dikeringkan dengan pengering rambut. Sambil menyisir rambutku, dadanya menempel di leherku. Terasa lembut tapi sedikit kendor. Ayam saya segera bereaksi perlahan untuk mulai tumbuh.
"Di mana, di pagi hari itu rapi?" Dia bertanya.
"Berjalan ke sawah di belakang desa. Musim kemarau, akan lebih sedikit air dan mungkin akan mengalami kekeringan," jawab saya.
Dari gelas meja rias aku bisa melihat wajahnya sedikit merah seperti yang kukatakan.
Selesai menyisir rambutnya alih-alih membuka dua kancing atas bajuku dan pijat pundakku dengan sedikit body lotion. Napasnya menyentuh bagian belakang leherku, terdengar berat dan sedikit terengah-engah. Entah keluar dari energi untuk memijat saya atau menahan nafsu saya. Saya tertidur dengan pijatan dan merasa sangat nyaman, tidak terlalu kuat atau terlalu lemah. Menderita susu, karena dadanya selalu kembali menggosok punggungku. Melihat saya pijat pijat Mbak Atik menawari saya untuk pijat tubuh.
"Untuk, mau tubuhmu dipijat? Ayo masuk ke dalam kalau mau kupijit, biarkan aku seger tubuhmu," katanya sambil menarik tanganku ke kamarnya.
Aku mulai pusing, bukannya menjadi lebih segar nanti aku akan pegal. Aku ragu-ragu dan melirik ke pintu, takut ada pelanggan lain yang masuk ke salonnya. Tapi dia tidak peduli dan terus menarikku ke kamarnya. Saya menyerah. Sera Sera sera, apapun akan terjadi.
Di dalam kamar dia menyuruhku melepas pakaianku dan berbaring telungkup. Celana panjang saya masih memakai dan tergantung apa yang terjadi nanti. Jika harus dibuka kenapa tidak?
Mbak Atik meninggalkan ruangan dan aku mendengar pintu depan tertutup dan suara gorden berderak. Saya meluruskan posisi adik perempuan saya yang sedikit bungkuk agar nyaman dan tidak terlipat. Saya takut jika patah karena terlipat dan meremukkan tubuh saya. Ia kembali dengan handuk kecil, body lotion, piring kecil dan minyak kayu putih. Minyak kayu putih yang disepuh, body lotion dan cairan lainnya yang berbau sangat lembut, antara melati dan mawar.
Dia kemudian mulai memijat punggungku dengan campuran. Ada rasa hangat minyak kayu putih dan wangi melati melati (semuanya indah!). Setelah itu tangan saya disortir dari lengan ke jari.
"Berbalik!" Dia berkata pelan.
Aku berbalik dan segera tangannya mengangkat bahuku dan dada depanku. Kini urutannya lebih tepat disebut menyapu rambut dada, puting susu dan tentu saja gairah saya yang melonjak. Bibirnya tersenyum seolah anak kecil mendapatkan mainan baru. Padahal mainannya masih tertutup celana.
"Hh .." Dia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kuat.
Leher dan tangannya berkeringat setelah memijatku. Dia menyeka dadaku dengan handuk basah yang telah disiapkannya. Aku berbalik sehingga dia bisa mengeringkan punggungku. Setelah mengeringkan punggung, dia berbaring di sampingku. Aku kembali telentang.
"Sudah giliranku untuk meminta upah," katanya sambil tersenyum lebar.
"Berapa upahnya?"
"Anda bilang sawah di desa kami kekurangan air, saya ingin Anda mengairi sawah saya yang belum terlalu encer terlalu lama," katanya manja dan langsung memeluk dan mencium saya.
Que sera sera, quo vadis, eureka, ereksi dan seterusnya saya tidak mengerti lagi.
Aku memegang kedua bahu dari belakang dan menciumku perlahan. Dia meregangkan dan mengusap pipinya di lengan kananku. Aku membalik tubuh sehingga sekarang kita saling berhadapan. Aku memegangi kepalanya dan menempelkan wajahnya di wajahku.
Dia menjatuhkan kepalanya ke dadaku. Aku menyelipkan bahunya dan menempelkan pipiku di pipinya. Dia berbisik, "Memuaskan saya sekarang. Sawah saya sampai berlumpur dan berlumpur .."
Aku memeluknya dan dia memeluk kepalanya di dadaku. Rambut keritingnya melambung ke atas. Ciuman bulu di bagian belakang lehernya.
"Ssh .. kamu pandai bergairah," isak Mbak Atik sambil menutup matanya.
Lidahku masuk ke mulutnya dan menggelitik lidahnya. Mbak Atik menciumku dengan lembut. Tanganku mulai bekerja di dadanya dan meremas payudaranya. Aku merasa payudaranya agak longgar. Jariku terus menyebar dari dada, perut, pinggang hingga ke pahanya. Mbak Atik semakin sering menggeliat. Lidahku bekerja di lubang telinganya dan gigiku menggigit telinganya.
Tangannya meremas isi celanaku yang mulai memberontak.
Aku meletakkan bibirku di lehernya dan menariknya perlahan ke bawah saat dia mencium dan menjilat lehernya yang halus. Mbak Atik mengangkat kepalaku untuk memberi ruang untuk bibirku. Lengannya melingkari leherku dan dia membungkus tubuhnya di sekitar dadaku sehingga dadanya yang dibungkus bungkusnya menempel di dadaku. Dia mengusap dadaku dan kemudian putingku diputar dengan jarinya.
Aku mencium bibirnya dan sekarang dia membalas dengan benjolan ganas. Aku membuka T-shirt-nya dan menarik celana dan celana dalamnya ke bawah. Kulit halus, lembah yang indah dengan padang rumput yang cukup padat terlihat antara pahanya.
"Eehhngng ..." Dia mendesah seperti kujilati lehernya.
Mbak Atik berguling dan meletakkan tubuhku. Tanganku menggerakkan punggungnya.
"Tik ..." kait bra nya terbuka.
Bawa kopinya ke atas. Sekarang payudaranya terbuka di hadapanku. Payudaranya yang besar tapi kendor menggantung di tubuhku. Puting susu kemerahan mulai mengeras. Dia mengusap putingnya di dadaku. Perlahan tanganku mengusap bahunya dan sekaligus menurunkan tali pengikat bra.
Bibirnya kini semakin gesit di wajah, bibir dan leherku. Mbak Atik mendorong lidahnya ke dalam rongga mulutku lalu memainkan lidahku dengan menggelitik dan memutarnya. Mbak Atik menyelipkan tubuhnya ke bagian atas tubuhku sehingga payudaranya tepat di depan wajahku. Segera aku mengetuk payudaranya dengan mulutku. Putitnya kuisap perlahan dan kujilati.
"Aacchh, Ayo Anto .. lagi .. Teruskan Anto .. nikmat .."
Kekerasan saya semakin sulit. Kusedot payudaranya sehingga semuanya masuk ke mulutku aku terisak pelan tapi dalam, puting kujilat dan kumainkan dengan lidahku. Dadanya berkibar cepat karena detak jantungnya juga meningkat. Napasnya terasa berat dan tidak terputus-putus.
Tangannya meluncur di bawah celanaku, lalu membelai, meremas dan mengguncangkan pangkal pahaku dengan lembut. Dia melepaskan ikat pinggangnya dan menarik celana dalamku yang terpanjang. Pantatku terangkat dan dengan tarikan, celanaku dan celana dalamku dilepaskan. Sekarang kita polos tanpa benang.
Bibirnya menunjuk ke leherku, mencium, menjilatnya dan menggigit pundakku. Napasnya meniupnya ke lubang telingaku. Sekarang dia mulai menjilati putingku dan tangannya mengusap rambut dadaku sampai ke pinggangku. Aku tersedot. Saya menggigit bibir bawah untuk menahan rangsangan ini. Memeluk pinggangnya erat-erat.
Tangan kiriku menyebabkan celah di antara kedua pahanya. Jari tengah saya mendekatkan jari ke lubang rongga. Saya menendang dan menempelkan bagian depan dinding vagina lalu jari saya menemukan tonjolan daging seperti kacang.
Setiap kali aku menekan dan kemudian menyekanya Mbak Atik mendesis "Huuhh .. Aauhh .. Engngnggnghhk"
Dia melepaskan tanganku dari selangkangannya. Mulutnya bergerak ke bawah, menjilati perutku. Tangannya masih mempermainkan penisku, bibirnya terus menyusuri perut dan pinggangku, turun. Dia melirik kepala ayam saya yang mengkilap dan kemudian mencium batang penisku.
Mbak Atik kembali berdiri, tangannya masih memegang dan menggosok pria yang telah berdiri tegak. Kembali kita berciuman. Payudaranya terjepit dan putingnya terpelintir dengan jariku sehingga dia mendesis dengan lembut dengan suara yang tidak jelas.
"Sshh .. Sshh .. Ngghh .."
Perlahan mendarat lalu ia menurunkan pantatnya saat memutar-mutarnya. Kepala penisku dipegang dengan jari-jarinya, lalu digesekkan di mulut vaginanya. Terasa licin licin. Dia mengarahkan kedewasaan saya ke dalam vaginanya. Saat aku sudah menyentuh lubang rongga, lalu turunkan pantatku perlahan.
Mbak Atik meregangkan kedua pahanya dan pantatnya turun. Kepala penisku sudah mulai menyusup ke bibir vaginanya. Kugesek-gesek bibir vaginanya. Mbak Atik mengerang dan menekan pantatnya agar penisku masuk segera.
"Ayo Anto .. Angkat pantatmu .. Dorong sekarang Ayo .. Masukkan kopermu .. Pleasse .. !!"
Mbak Atik bergerak naik turun perlahan. Vaginanya licin dan sedikit berlumpur. Kadang pantatku bergerak naik turun dan memutar. Mbak Atik terus melakukan gerak memutar di pinggulnya. Saat saya merasakan lendir yang membasahi vaginanya lebih banyak maka saya mempercepat gerakan saya.
"Anto ... Ouhh .. senang .. oouuhh." Dia mendesis saat mencium leherku.
Kakinya menjepit pahaku. Pada posisi ini gerakan naik turun menjadi bebas. Tangannya menempel di dadaku. Aku mencium dan meremas payudaranya yang menggantung. Kepalanya terangkat dan tanganku menarik rambutnya kembali sehingga kepalanya terangkat. Setelah saya kujilat dan kukecup neck, lalu kepalanya turun lagi dan bibirnya mencari bibir saya. Aku menyapanya dengan ciuman panas.
Mbak Atik kemudian menggerakkan bokongnya bolak-balik sambil menekan agar penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku. Rasanya seperti itu lembut tapi kuat. Semakin lama-semakin cepat dia membuat pantatnya. Teriakan yang mengalir ke penisku terasa lebih cepat.
"Mbak Atik .. Mbak .. Ouuhh"
"Ouhh .. Sshh .. Akhh!"
Desisannyapun lebih sering. Saya tahu bahwa dia akan segera mencapai puncak kesenangannya. Sekarang penisku dilanggar dengan menahan nafas dan mengencangkan otot yang telah dilatih latihan Kegel. Dia berbaring di atasku, matanya berkilau dan matanya putih. Giginya menggigit bibir bawahnya erat-erat. Saya juga merasa tidak tahan lagi dan akan segera memuntahkan lahark saya.
Aku berguling dan sekarang aku di atas. Aku memompa vaginanya dengan cepat dan akhirnya beberapa saat kemudian ..
"Anto .. sekarang sayang .. sekarang .. hhuuaahh aku datang ..!" Dia sedikit mencekik.
Aku menekan pantatku sekeras mungkin. Dinding vagina berdenyut sangat menghisap penisku. Dia mengangkat pinggulnya. Bibirnya menciumku dengan pagutan yang ganas. Tergesa-gesa dan tekanan aliran lahar yang kuat terpancar melalui manholes saya.
"Mbaakk .. Ouhh .. Aa .. Tikk ..!"
Aku memeluknya erat-erat dan menekan kepalaku ke lehernya. Napas yang menggelegar itu diikuti oleh napas yang putus dan setelah beberapa lama aku tertatih-tatih.
Akhirnya, janda 35 tahun itu saya tergila-gila dengan basis suka, meski hal itu terjadi tanpa direncanakan, namun perjuangan atau seks kita terus berlanjut, dan tapa kita sadari bahwa seks lebih menyenangkan, bahkan lebih nikmat dari abg, janda bina adalah sangat lezat. JANGAN LUPA SHARE YA!!! Domino QQ Agen Domino QQ Bandar Domino Online
0 komentar:
Posting Komentar