Agen Poker Indonesia

CERITA DEWASA RINTIHAN TANTE YANG MENAHAN KENIKMATAN

CERITA DEWASA RINTIHAN TANTE YANG MENAHAN KENIKMATAN

CERITA DEWASA RINTIHAN TANTE YANG MENAHAN KENIKMATAN

Gila Seks Terkini - Pada waktu itu suasana di pagi hari terasa sejuk saat matahari tampak cantik indah seperti wajah bibi Githa yang kulihat sedang menyirami bunga di kebunnya, ia tampak sangat menikmati keindahan bunganya, aku dimandikan dan diseduh teh sementara menghirup udara segar, aku mendekati bibi Githa hanya untuk sekedar menyapa.

"Selamat pagi bibi Githa, serius memperhatikan bunga-bunga" kataku.

Dia masih bodoh tanpa menjawab pertanyaan pertamaku, aku menyapanya lagi dengan kata-kata.

"Ingin saya tidak membuat teh" Jawaban singkat "Ndak"

Hmmmm oya dah tan "lanjut jawabanku aja.

Di hati saya biasanya pagi pagi hari Minggu kelompok tante tante itu berlari lebih awal, tapi hari ini saya benar-benar tidak melihatnya ?? Aku berpikir dalam hati.

Aku memperhatikan bibi Githa di belakangku. Mulai dari betis halus putih meski nampak kurus, pahanya lebih halus dibanding betisnya, tapi pantatnya trbalut clana pendek, tapi trlihat tikungan bening.

"Bisakah dia membiarkan saya tidur seperti bibi Rita?" Aku berpikir dalam hati. Belum selesai lamunan saya, tiba-tiba saya melihat tubuh bibi Githa trhuyung lemah ingin trsungkur. Dengan cepat aku melompat dan menarik tubuhnya yang hampir terpotong, meninggalkan sisa-sisa lamunanku yang cabul.

Hoe tubuhnya halus dan trlihat sangat lemah. "Ga papa kan tan ??" Aku bertanya penuh kekhawatiran, sraya memegang tubuh bibi Githa.

"Kepala pusara saya pusing Fad" kata Bibi Githa lemah.

"Ya, istirahat saja di" nasehat saya sambil terus membapahnya ke dalam rumah.

"Akhirnya aku bisa mrangkulmu" kataku dalam hati.

Ada sejuta kebahagiaan dihatiku karna mampu mrangkul tubuh trsebut sombong. Setelah brada di rumah, perlahan dipukuli bibi Githa disofa ruang tamu.

Sambil mendesah Bibi Githa duduk dan brsandar di sandaran sofa. Saat itulah saya menginjak sendiri. Tak lama setelah aku kembali dengan segelas air hangat dan mdghampiri bibi Githa yang berdiri kembali di sofa.

"Minumlah dulu tan dulu, biarlah!" Kataku sambil mengulurkan gelas air hangatnya. Bibi Githa sedang minum air putih.

"Terimakasih Fad" katanya lemah saat ia mletakan kaca dimeja yang ada di depannya.

"Kpalanya masih pusing ga tan!?" Saya bertanya.

Bibi Githa hanya mengangguk.

"Mau dipijat!" Tanyaku lagi

"E, em," kata bibi Githa seolah sedang sakit. Saya juga sgera dipijat dari kepala dngn persiapan tanah, lalu dahinya dia bilang mrupakan pusat rasa sakit.


"Wow, apa yang dimaksud dengan bibiku?" tanya Nita yang baru pulang.

"Bibi hampir terjatuh, nit yang pusing!" Saya membalas.

"Apakah kamu terlalu lelah?" Nita berkata sambil menginjak kapur.

"Dah aga madingan Fad" jelas bibi Githa dngn mata tertutup, nikmati pijatan pijat jari saya. Rasakan dahsyat hangat brsamaan dngn perasaan hangat yang dituangkan melalui tubuh saya.

Aroma tubuh harum bibi Githa trasa mnusuk kedua cuping hidung saya. Membuatku ingin memijat dan mendekatinya.

"Angin dingin tan, dahi aga anget ne!?" Saya jelaskan, brupaya memancing untuk maksud saya tercapai.

"Ya kali?" Ia juga mengatakan, seolah mngerti akan berarti apa yang saya katakan. Membuat saya lebih lanjut brani.

"Mau dikerikin ga!?" Tanyaku dengan penuh keberanian padanya.

"Bisakah kamu !?" Bibi Githa di belakang istrinya. Membuat hati saya menjadi tragedi yang luar biasa.

"Iya bisa ..." cepat saya jelaskan, takut Bibi Githa kembali berpikir.

"Ya sudah, tapi dikamar ya ..., tidak bagus disini" pinta bibi Githa. Mmbuat hati saya brdebar semakin cepat. Dengan prah saya papah dia mlangkah mnuju ruangan. Saya juga brusaha untuk menahan dan menenangkan hati saya.

Yang mulai dimiliki oleh niat saya dan pikiran kotor saya. Setelah si brada di ruangan itu, saya menyarankan agar dia bertunangan. Bibi Githa juga mrebahkan tubuh sraya brnafas panjang. Seolah-olah ada beban berat yang dia bawa.

Saya sgera brlalu mngambil obat gosok dan koin untuk paduan suara tubuh bibi Githa. Setelah saya menemukan apa yang saya butuhkan, saya kembali ke bibiku Githa yang sedang menunggu. Dengan memberi tahu saya, saya memintanya untuk membiarkan dia mengenakan pakaian yang dikenakannya.

Dia juga mulai melepas pakaian atau pakaian yang dikenakannya. Shingga bibi Githa kini hanya mengenakan bra pink dan clana pendek saja. Ada getaran hangat mnjalari sluruh tubuh saya, sambil nonton bibi Githa buka bajunya.

Sampai membangkitkan indra dan hawa nafsu saya. Yang memang telah berdiri di benakku sejak awal, sambil mengawasinya di kebun.

Dengan perasaan tak terduga dan nafsu yang membayangi dalam pikiranku. Saya juga mulai mngusap ..... lap pas balik yg mmblakangiku, dngn sangat hati.

"Tali branya buka aja ya tan ??" Sambil bernafas aku bernafas lega sambil trus mngusap dan kicau kembali di hadapanku. "Yeah ..." jawabnya pelan.

Memegang lututnya kembali di belakang, apakah sakit atau geli aku tidak tahu. Yang pasti tangan saya sgera melepaskan kait tali bra, mmbuat braya mlorot yang menutupi sbagian bulat dan berisi payudara. Sperti payudara dimiliki oleh kebanyakan cewek.

Tidak ada hambatan di punggungnya lagi, saya akan melakukannya dengan minyak gosok. Dan jari-jari menari membentuk garis di belakang bibi Githa. Dengan sekali mataku melirik ke arah dadanya brusaha ditutupi dengan bra dan kedua tangan tlapak.

Tapi itu membuatku tercengang karena didorong oleh rasa tertarik yang luar biasa. Smentara bibi Githa hanya trdiam sraya yang memejamkan mata dan cantik.

"Perlahan-lahan memperlambat Fad !?" tanya dia masih dngn mata yg trpejam.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Nita berdiri di depan pintu.

"Tan me mo home tman dulu ya??" kata Nita brpamitan sraya matanya mlirik ke arahku.

"Bibi Githa menjawab tanpa memakiinya.

Lalu Nita menutup pintu dan pergi. Jari-jari saya mulai nakal ke pekerjaannya, jari-jari saya trkadang menyelinap di bawah bramil ketiak meraih benda-benda brisi yang bulat dan padat yang menutupinya.

Tapi bibi Githa terkadang mnghalanginya, jangan menutup lengannya.

"Jari Anda nakal!" kata bibi Githa stengah berbisik saat ia melirik ke arahku.

Membuatku trasipu malu.

"Padat ga ga sich, tan ..." jawabku jujur.

Tapi Bibi Githa bahkan melepaskan bra shingga-nya sekarang payudaranya terlihat polos tanpa ada pelindung lagi. Dan langsung memberi makan kedua mataku tanpa brkedip.


Segera mmbuat hati saya tegak debar mnyaksikan pemandangan trsebut.

"Sekarang bisakah kamu plototin puas dech !!" Kata Bibi Githa tidak lagi menutupi payudaranya dan kedua tangannya tlapak lagi. Hatiku trasa bgitu brdetak dan mmbuat memangkas slings prsendianku.

Penis saya adalah bulu tapi pasti mulai berdiri tegak dengan keinginan saya. "Apakah kamu sudah menyelesaikan fad's ngeriknya?" memarahi bibi Githa mengingatkanku

Mmbuat saya sgera mlanjutkan pekerjaan saya yang trtunda moment. Hampir sluruh bagian belakang tubuh bibi Githa saya punya cukerik dan garis brgaris merah. Hanya bagian pantatnya yang lolos dari kerisku karena tralang dngn clana pendek dan memakai CD.

Tapi pantatnya puas dengan couplototine. Akhirnya pekerjaan saya juga selesai. Lalu dengan ujung jari aku mengangkat bahunya.

Bibi Githa mnundukan kpalanya, pernah mendengar suara dahak dari mulutnya. "It's Fad!" printahnya, jadi saya mnyudahi pijatan. Dengan malas berpura-pura aku menghentikan pijatan dan sgera melbrsihkan sisa minyak di kedua tlapak tngnku.

"Cuci tangan dulu untuk membersihkannya !!" Bibi Bibi Githa skaligus printah. Saya juga branjak pergi kekamar mandi yang ada di kamar trsebut. Setelah saya mencuci tangan dengan saksama untuk membersihkan bnar.

Saya juga kembali ke bibi Ivon yang tergeletak di atas tempat tidur masih belum menyembur telanjang. Sperti saat aku meninggalkan kamar mandi. Sampai payudaranya yang bulat dan brisi terlihat besar bangbusung didadanya, dngn susu coklat puting susu.

"Ayo Fad, kamu mau main ini kan?!".

Saya juga mau kok! "kata bibi Githa sementara mumi salah satu payudaranya sampai puting susu menunjuk ke arahku, aku juga menghampirinya dengan perasaan bernafsu, membuat penisku semakin kencang dan erat di belakang klanku.

Saya tidak menunggu lagi, sgeraku payudara berlumpur. Tante Githa brgelinjang saat tangan saya mendarat dan meremas kedua payudara.

"Achh .., ya Fad trussss" merintih prosesi. Jari-jariku kruruh kremasi sluruh menyisir dagingnya yang padat.

JariQ juga memainkan putingnya yang mulai mngeras.

"Ya, .., ayo kita diisep Fad .., aaaayooo" pinta bibi Githa dngn nafas taj tratur. Saya juga sgera mnjilati dan mengisap putingnya.

"Aduhhh ..., enaaaak, trusss ...." desah bibi Githa sraya mmegangi kpal saya. Aku smakin brnafsu dengan puting kenyal seperti tendon dan cemas. Smentara bibi Githa smakin msesah tidak tahu.

Tangan kananku meluncur ke selangkangan di bawah pusar, lalu mususup masuk di antara CD clana dan bibi Githa.

Sampai jari saya menelusuri menyentuh rumput halus yang cukup berat di dalamnya. Bibi Githa membuka paha saat jari saya tlunjuk brusaha masuk ke dalam lubang yang ada di tengah bulu bulu halusnya.

"Aowww ..." Teriakan kecil dari bibiku Githa saat gertakanku menyentuh lubang pussy. Dia juga meregangkan tubuhnya penuh gairah. Smentara Kontolku smakin mngeras hendak kluar dari bahan yg mnutupinya.

Cukup panjang jari tlunjukku kluar masuk dalam memek bibi Githa, sampai lubang mulai trasa basah dan lembab. Sampai akhirnya bibi Githa memegang gerakan tangan saya dan bertanya mnyudahinya.

"Aaaachhh .., udaahhh., Faddh .., aaachh" saudara perempuan bibi Githa. Aku juga menarik tanganku dari belakang clananya dan menarik putingnya keluar dari mulutku. "Buka pakaianmu dong, Fad !!" Bibi Githa sraya berteriak dan melepaskan clana pendek dan CD-nya.


Jadi dia telanjang dan terlihat rumput hitam di tengah cangkangnya saya hanya obok obok. Saya juga mlepaskan smua baju saya dan telanjang sama seperti dirinya. Sambil tersenyum manis ke arahku, Bibi Githa mendekat dan brujongkok tepat di depan cangkangku.

"Aouw, sangat besar .. !!" seru bibi Githa sraya tlapak tangannya mraih kontolku yang punya brdiri dan keras. Dengan tangan kanannya dia memegang erat penisku, sedangkan tangan kirinya mngelus elus kpalanya.

Sampai penis kpala saya hangat hati. Lalu masukkan penisku ke dalam mulutnya sraya matanya melirik ke arahku.

"Agghhh ..." aku mlengguh tidak menebas penisku tenggelam ke dalam mulutnya. Sikat darahku hangt nnjalari sluruh vena ditubuhku.

Aku hanya bisa berpegangan pada bibi Githa, mumi dan muffin rambut keritingnya. Smentara bibi Githa smakin liar, sbentar mngulum dan mngemud seolah ingin menghancurkan penis slank.

Trashion dia lebih biadab daripada bibi Rita. Trkadang dia mnjilati dari tangkai ke lubang urin dikpalanya.

"Aaaaaaa ..." angin sepoi-sepoi saya menahan kenikmatan nan tramat. Tubuhku yang bergerak melayang tak menentu. Entah lama bibi Githa mngemut, mnjut dan mngulum kontolku. Tentunya hal ini membuat tubuh saya brgetar dan hampir seizure.

"Bergantian dong tan, aQ juga ingin jilatin memekmu!" Aku merengek, hampir tidak mampu untuk mnahan nafsu saya. Rasanya seperti memuntahkan sebanyak mungkin.

Untuk bibi Githa mandi dengan air. Tante Githa sgera rose brdiri biarkan penisku tetap tegak lurus. Lalu aku memintanya duduk di kursi tanpa lengannya. Saya juga brengsek mnghadap memeknya dihiasi dengan bulu yang lebat.

Kedua kaki bibi Githa itu bertumpu pada kedua bahunya. Lalu mulut saya mulai mnjarah pussy yang mnganga membentangkan jari jemari, hingga terlihat jelas pink pussy merah dan lembab. Lidahku mulai menjelajah dan mnjilati di gang.

"Aaaaowwh ..., aaaa ..., iyyyaaa .., trussss, aassstttssh" desah bibi Githa saat lidahku menjepit mnjilati lubang pussy.

"Aduuuhh, ..., truuusss, morehh daallaaamm, aaah, enaaakhh, agh, agh, aghhhh" erangnya serta mumi dan tip rambutku. Lidah smakin liar dan brusaha semakin dalam.

"Aaaaghh, .., gilaaaa ..., enaaaksss, .., ubss, .., aaaaachghhh" Suara Bibi Githa tidak diketahui. Lidahku brhenti mnjilati dinding memek pit, sekarang brpindah pada biji sbesar kacang hijau kecil. Aku menjilatnya merah dan basah dengan air mazinya dan air liurku.

"Aughh ....." Suara bibi Githa tersedak saat ia meraih pahanya, memiringkan leherku, saat aku mengisapnya.

"Aaaa .., auwghhh ...., yaaaaa" kata Bibi Githa pelan.

"Udahhh ..., Fad ..., udddaah Faadd" pendeta bibi Githa sraya mendorong kangkungku dengan kakinya yang trufulai lemas dibahuku.

Saya juga mlepaskan isap mulut saya di itil bibi Githa dan bangkit di depannya dngn kontol yg masih tegak dan keras. Kemudian mintalah bibi Githa bangkit dari tempat duduknya. Sekarang aku mengganti posisinya duduk di kursi.

Bibi Githa naik ke pahaku dan tubuhnya menghadapiku, sampai tubuh kami tidak bersuara. Lalu bibi Githa mmbimbing penisku masuk vaginanya dengan jarinya.

"Aagghhsss." Bibi kecil Githa saat pena saya memasukkan piercing pussy. Tak lama kemudian pantatnya mulai naik, menggosok penisku di dalamnya. Aqpun mngimbanginya dngn mmegantu pelulnya mmbantu pantatnya ke atas.

"Aachhh .., yaaaa, oohhh, enaaak Fadd". "Auwwghhh ...., aaaaaa ..., oohhhh, yaaa" bibi rambau Githa tidak karuan jika tubuhnya meremukkan penisku dimemeknya.

"Aauwww, aku tidak tahan ne Fadd, ..., aaaauwww, yessss" bibi bibi Githa sraya mnggerakan pantatnya dng cepat. Saya juga mmbasas reaksinya, dengan payudaranya hancur lagi

"Aaaaaawhhh ........" Bibi Githa mengerang saat dia menekannya lebih erat dengan selangkanganku. Aku juga membangkitkan tekanan pantat Bibi Githa.

"Aaaachhhh ......." akhirnya aku tidak tahan lagi cairan kental tebal dari dalam penisku. Kami juga saling mematahkan beberapa saat dengan berkeringat satu sama lain.

Setelah sekian lama kita brpelukan, kita juga timbul dngn malas, enggan branjak dari atmosfer yang ada. Setelah itu kita juga membasuh tubuh kita, masing-masing basah dengan keringat di langit. JANGAN LUPA SHARE YA!!! Domino QQ Agen Domino QQ Bandar Domino Online




Share on Google Plus

About Unknown

0 komentar:

Posting Komentar